MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF DI
SEKOLAH
IIN ERNAWATI
CGP ANGKATAN 4 KELAS 22, BONDOWOSO
Menurut prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara guru adalah
penuntun murid dengan segala kodrat, kodrat alam dan kodrat zaman agar murid
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan. Sebagai guru penggerak memiliki peran –
peran penting untuk mencapai merdeka belajar salah satunya yaitu sebagai
pemimpin pembelajaran. guru penggerak adalah menjadi pemimpin
pembelajaran yang mendorong wellbeing ekosistem sekolah. Seorang pemimpin
pembelajaran menitik beratkan pada komponen yang terkait pembelajaran, seperti
kurikulum, proses pembelajaran, asesmen, pengembangan guru serta komunitas
sekolah. Sedangkan ekosistem sekolah yang wellbeing adalah kondisi sekolah yang
sudah berpihak pada murid. Kondisi belajar yang nyaman, sesuai kebutuhan murid,
kondisi sekolah yang cukup sejahtera agar murid belajar dengan maksimal. Untuk
mencapai kondisi yang nyaman diperlukan budaya positif di sekolah.
Penerapan budaya positif akan menciptakan merdeka
belajar dengan suasana yang nyaman bagi seluruh murid di sekolah. Nilai yang
harus dimiliki oleh guru penggerak untuk mencapai hal tersebut adalah nilai kolaboratif
serta berpihak pada murid. Budaya positif di sekolah tercipta jika ada sinergi
antara seluruh warga sekolah.
Visi guru penggerak mewujudkan murid berkarakter profil pelajar pancasila
Disiplin positif adalah sebuah
tindakan untuk menanamkan disiplin diri. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin
yang muncul dari diri sendiri atas keyakinan dari kebajikan jika melakukannya
atau memiliki motivasi internal. Menanamkan pada murid untuk memiliki motivasi
internal. Jika seseorang tidak memiliki motivasi internal, maka Ia memerlukan
pihak lain untuk mendisiplinkannya atau motivasi eksternal, karena berasal dari
luar, bukan dari dalam dirinya sendiri. Disiplin diri dapat membuat seseorang
menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan
bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara
mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang
mengacu pada nilai-nilai yang dihargai.
Membuat Keyakinan Kelas
Kami berdiskusi bersama siswa untuk menemukan nilai - nilai kebaikan yang dapat mereka lakukan ketika PJJ. Siswa sendiri yang menemukan dan melakukan komitmen bersama untukmelaksanakan keyakinan kelas yang dibuat.
Secara teknis penanaman budaya positif diawali dengan keyakinan kelas. Membuat keyakinan kelas berisi nilai – nilai kebajikan yang dibuat dan diyakini bersama. Nilai – nilai kebajikan dibuat dalam kalimat positif dan dijadikan komitmen untuk menjadi karakter diri. Dalam menerapkan nilai kebajikan guru berperan dalam beberapa posisi kontrol guru. Terdapat 5 posisi kontrol guru: 1) sebagai penghukum, 2) sebagai pemberi rasa bersalah, 3) sebagai teman, 4) sebagai pemantau, dan 5) sebagai manajer. Akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman. Proses kolaborasi dan komitmen dalam mencapai nilai – nilai kebajikan tersebut akan membentuk kebiasaan positif sehingga budaya positif akan terbentuk dalam sekolah.
Dalam menjalankan posisi kontrol guru memahami murid berdasarkan kebutuhan dasar manusia. Seluruh tindakan manusia termasuk murid memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), cinta dan kasih sayang (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan (power). Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Peran kita sebagai guru mengembalikan murid pada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Sebelumnya kita telah belajar tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya, kita memiliki motivasi intrinsik.
Komentar
Posting Komentar