CINTA YANG SALAH
Aku awali pagi dengan do'a yang baik. Saat pagi equalizer pikiran, ucapan dan hati aku posisikan pada skala tertinggi. Agar kebaikan di alam mendekat menjadi hari baikku hari ini. Pagi penentu mood. Pagi ini aku sangka kau mendekatiku untuk melemaskan otot tengkukku yang kaku. Terasa kaku karena kadar LDL dalam darahku tinggi. Mungkin kau menanya sarapan atau memujiku karena penampilanku yang berbeda. Namun pagi ini tidaklah demikian. Malah kau mengajakku berdebat.
Aku duduk sendiri di bangku kayu dekat pintu ruang kerja. Aku mengingat - ingat agenda apa hari ini yang akan aku kerjakan. Tiba - tiba sosokmu yang tinggi semampai mendekatiku, mengungkapkan rasa kecewamu padaku. Engkau membuatku tercengang sejenak. Karena diksi yang kau pilih terlalu banyak. Tambah lagi kau meninggikan suara. Nyanyian lagu hari merdeka di laptopku bukan lagi lagu penyemangat karena intonasinya lebih tinggi dari nada suaramu. Pelan - pelan aku mencerna maksud perkataanmu. Aku bisa memahami dan aku jawab dengan bijaksana. Namun kau malah menambah panjang rasa sesakmu sendiri. Hingga aku sedikit emosi. Debat pun terjadi....
Aku beranjak dari duduk untuk mengakhiri debat ini. Jika dilanjutkan ini akan menjadi debat kusir yang tak berakhir. Teknik STOP aku lakukan agar aku mendapatkan kesadaran penuh. Dan tak terasa mataku berkaca. Aku sedih, dadaku sasak karena engkau adalah sahabatku. Kita tidak pernah bertengkar seramai ini. Setiap malam sebelum tidur, kita selalu bercerita seru, tentang class of champion atau game futuristik yang tidak masuk akal karena dibuat oleh AI. Akhir - akhir ini ada yang salah. Sungguh ada yang salah.... Kita menjadi seperti orang lain. Aku sebenarnya tidak ingin seperti ini, terlibat cinta segitiga denganmu, karena engkau adalah sahabat tercintaku. Namun dunia yang luas ini menyatukan kekasihmu denganku. Aku terkena sinyal cinta yang tidak aku kehendaki. Entahlah aku masih belum bisa memilih, karena rasa ini sulit aku hindari. Maafkan aku sahabatku... Untuk sementara biarlah kesadaranku berpetualang, hingga menemukan empati dan dapat melepaskan rasa cintaku padanya.
Komentar
Posting Komentar